Dampak konflik Ukraina,Dolar dan Euro menurun?

Dampak konflik Ukraina dolar dan Euro menurun, kini telah jelas terasa, mulai mengancam prospek pertumbuhan Eropa. Tidak hanya itu, Dollar AS juga ikut melemah, sementara Euro justru tertahan dekat dengan level terendah 22 bulan.

Dolar dan Euro Menurun, dampak konflik ukraina

Invansi dari Rusia ke Ukraina terus saja meredupkan prospek perekonomian Negara Eropa. Namun, reli selama berminggu-minggu ini di dalam mata uang komuditas telah menunjukkan tanda-tanda jeda.

Baca juga : Menurunya mata uang Rusia dalam offshore trading

Indeks Dollar AS yang mengukur greenback terhadap mata uang lainnya, diperdagangkan mengalami penurunan sedikit. Sebesar 0,16% di 99,135. Sedangkan pasangan USD/JPY justru naik tipis 0,13% menjadi 115,44.

Dampak Konflik pada Ukraina

Sama seperti pasangan USD/JYP. Pasangan AUD/USD juga mengalami kenaikan. Yaitu naik tipis 0,10% ke 0,7324 dengan indeks bisnis bank nasional Australia. Sedangkan NZD/USD stabil, dapat mempertahankan nilainya tetap di 0,6831.

Namun sayangnya, sama seperti Dollar As. Sementara USD/CNY turun tipis 0,13% ke 6,3126. Hal itu sama halnya dengan GBP/USD yang turun tipis 0,18% di 1,3125.

Menurut analis dari brokerindofx banyaknya mata uang asing yang mengalami penurunan tersebut adalah dampak konflik Ukraina. Hal itu tentu membuat ke khawatiran mereka tentang perekonomian negara semakin lama semakin meningkat.

Sampai kini, Eropa bahkan tetap masih mendekati level terendah di $ 1,0806. Walaupun ada usaha untuk bisa bangkit setelah 6 sesi mengalami penjualan terus menerus.

Mata uang itu turun 4% terhadap Dolar. Semenjak Ukraina diinvasi oleh Rusia. Di mana konflik yang terjadi tidak menunjukkan tanda-tanda akan segera berakhir. Sementara Euro, telah mendekati level peritas.

Pada Franc Swiss, pertama kali dalam 7 tahun saat mencapainya. Lagi-lagi, itu adalah dampak konflik Ukraina. Namun, sedikit kemajuan dibuat selama 2 putaran perundingan damai antara Ukraina dan Rusia.

Penolakan Jerman terhadap pelarangan impor energi Rusia menjatuhkan harga minyak berjangka dari level puncak 14 tahun. Namun kejutan pasokan akan sangat merugikan Eropa. Para investor mengingatkan hal tersebut.

Investor sekarang hanya menunggu keputusan kebijakan Bank Central Eropa. Kemungkinan stagflasi mendorong para ekonom memperkirakan bahwa Bank Central dapat menunda kenaikan suku bunga hingga akhir 2022.

Aset Rusia juga ikut terpukul. Walaupun Dollar AS tetap bertahan di tengah kekhawatiran bahwa perang akan terus berkepanjangan dan pukulan ekonomi juga akan terus menyebar.

Di samping reli komoditas yang meroket. Dampak konflik Ukraina dan sanksi yang mengikutinya membuat rubel meluncur ke rekor terendah 160 terhadap Dollar dalam perdagangan luar negeri.

 

 

Tinggalkan sebuah Komentar