Dolar AS makin turun pada awal perdagangan di Eropa di hari kemarin petang. Pasar forex mendapatkan kembali selera terhadap adanya sedikit aset yang berisiko menjelang rilis data inflasi.
Pada Rabu sore indeks dolar AS yang mengukur greenback terhadap sejumlah mata uang ekonomi mengalami kemajuan. Setelah itu mengalami penurunan sebesar 0,19 persen di angka 94,343.
Harga ini hanya sedikit di bawah level tertinggi 13 bulan yang dicatatkan pada minggu sebelumnya. Salah satunya adalah USD/JPY yang turun tipis di angka 0,03 persen di angka 113,57.
Selain itu harga dolar juga turun terhadap yuan karena tidak adanya berita penggerak utama dari China. Sementara itu harga rupiah juga masih turun tipis sebesar 0,02 persen di angka 14.217,5.
Diperkirakan harga konsumen akibat adanya inflasi di AS akan tetap sebesar 5,3 persen. Dimana, inflasi harga inti ini akan tetap di angka 4,0 persen menjadi yang cukup mengkhawatirkan.
Dolar AS Makin Turun Akhir Ini
Setelah ada kabar inflasi dari broker forex terpercaya, jumlah melebihi angka tersebut kemungkinan akan memenuhi ekspektasi. Khususnya ekspektasi Federal Reserve dipaksa menaikkan suku bunga sebelum akhir tahun depan.
Selain itu, ada juga kabar dari Presiden Fed Atlanta Raaphael Bostic yang memberikan isyarat adanya tekanan inflasi sementara. Hal ini sekaligus yang membuat adanya kebijakan Fed selama 12 bulan terakhir.
Baca juga : Harga rupiah anjlok, pengurangan stimulus the fed pemicunya
Bostic juga mengatakan adanya tanda-tanda meningkat terhadap gangguan pada rantai pasokan. Hal ini juga menyebabkan sebagian besar nilai inflasi mengalami pengurangan lebih lama dari sebelumnya.
Dibalik itu semua, data inflasi dari Eropa belum berhasil memberikan hasil positif maupun negatif. Khususnya terkait data produksi industri untuk zona euro cenderung lemah saat dirilis sore kemarin.
Ini berimbas pada EUR/USD yang mendekati level terendah 15 bulan dalam semalam yang mencapai $1,1549. Terbebani juga oleh adanya prospek pengetatan moneter yang relative jauh di area mata uang tunggal.
Sementara itu, beberapa mata uang seperti Sterling berhasil naik sebesar 0,28 persen terhadap dolar di angka $1,3622. Tentunya kenaikan ini berbanding terbalik dengan keadaan dolar AS makin turun.