Dolar AS menyerah dengan sebagian besar rival utamanya kecuali Jepang. Sebab nilai dolar ini ternyata justru mengalami penguatan, yakni USD/JPY mengalami kenaikan ke nilai 121,02. Angka ini merupakan nilai tertinggi bahkan sejak Februari 2016.
Selama sesi Asia, Greenback mengalami penguatan. Hal ini terjadi untuk menyusul melonjaknya hasil obligasi AS tepat setelah Powell sebagai Ketua The Fed mengisyaratkan kenaikan suku bunga 50 bps pada bulan Mei.
Baca juga : rekomendasi GBP/USD untuk minggu ini
Ternyata beberapa kenaikan moderat berhasil di bukukan oleh indeks Eropa sehingga menghentikan permintaan dola. Apalagi Wall Street juga turut mengikuti jejak rekan-rekan diluar negeri. Alhasil ia membukukan kenaikan dan membebani dolar sehingga membuat Dolar AS menyerah.
Update Perkembangan Pasangan yang Menunjukkan bahwa Dolar AS Menyerah
Minat spekulatif justru mengabaikan sell-off obligasi dimana mengirim imbal hasil obligasi Pemerintah AS 10-tahun ke nilai tertinggi multi-bulan 2,39%.
EUR ternyata juga melakukan pembukuan kenaikan hangat untuk melawan greenback. Sehingga dengan pasangan USD sekarang diperdagangkan pada kisaran harga 1,1020. Uni Eropa dinilai terlalu dekat dan sangat terpengaruh oleh konflik Rusia-Ukraina apabila memperhatikan apresiasi mata uangnya.
Spekulasi bahwa Dolar AS Menyerah dapat diperhatikan melalui update informasi tentang beberapa pasangan mata uang berikut ini.
Nilai dari GBP/USD mengalami pencapaian tertinggi dalam tiga minggu yakni 1,3272. Hal tersebut menunjukkan adanya upaya dalam mempertahankan sebagian besar kenaikan intraday pada penghujung hari.
Pasangan AUD/USD juga mencapai tertinggi baru di tahun 2022 yakni pada nilai 0,7469. Pasangan ini diperdagangkan menjelang pembukuan Asia. Sedangkan untuk USD/CAD menunjukkan adanya penurunan dekat terendah mingguan pada angka 1,2564.
Belum lagi harga minyak mentah menunjukkan adanya pijakan kuat namun mengakhiri hari dengan penurunan yang moderat. Akhirnya WTI benar-benar menetap pada sekitar $10,900/barel.
Di Eropa sendiri penularan virus corona juga terus mengalami peningkatan di Eropa. Sebagian besarnya masih terkahit dengan varian BA2. WHO sendiri menyalahkan pemerintah Eropa karena mencabit pembatasan terlalu cepat.
Dengan adanya beberapa faktor diatas, memang terlihat bagaimana nilai USD terus mengalami penurunan dibandingkan dari pesaingnya. Sehingga hal ini membuat banyak orang beranggapan bahwa Dolar AS menyerah.