Pada Senin petang (05/07/2021), Dollar AS melemah dan terus beranjak turun karena adanya laporan gaji pekerja untuk sektor non pertanian. Padahal Jumat lalu mengurangi kekhawatiran terhadap langkah awal Federal Reserve untuk bisa melakukan pengendalian kebijakan moneter yang akomodatif.
Senin (05/07/2021) pukul 15.13, indeks dollar AS mengalami penurunan sebesar 0,24% pada 92,192 sesuai laporan Investing.com. Pasangan USD/JPY juga turun sebesar 0.16% pada 110,87.
Sedangkan pasangan mata uang yang mengalami kenaikan diantaranya EUR/USD naik tipis 0,07% pada 1,1872. GBP/USD juga menguat sekitar 0,24% pada 1,3854 dan AUD/USD mengalami kenaikan 0,15% menuju 0,7537.
Kenaikan-kenaikan tersebut setidaknya dipengaruhi oleh adanya pertemua Reserve Bank of Australia, Selasa 06/07/2021.
Lonjakan Inflasi AS Cukup Besar
Di minggu lalu, Dollar AS menguat di tengah ekspektasi yang meningkat sebagai langkah awal Federal Reserve dalam menormalkan kebijakan moneter. Tak hanya itu, diikuti pula dengan lonjakan inflasi dan data ketenagakerjaan AS yang cukup kuat.
Baca Juga Disini :Emas Bidik Level 1800 Dollar, Tepatnya Ketika Greenbak Melemah
Sehingga hal ini membuat Dollar AS melemah pada jum’at hingga senin ketika laporan gaji pekerja nonpertanian mengalami pertumbuhan lebih besar. Kemudian di sisi lain tingkat pengangguran juga lebih tinggi dari ekspektasi dan laju pertumbuhan pendapatan per jam.
Perhatian mungkin bisa beralih ke rilis risalah pertemuan Fed bulan Juli, di hari Rabu besok. Para pejabat memulai pembicaran mengenai pengurangan pembelian obligasi dan merujuk pada kenaikan suku bunga yang datang lebih cepat.
menurut broker forex terpercaya pasangan USD/CNY mengalami penurunan 0,18% pada 6,4602 setelah adanya studi swasta yang melaporkan perlambatan pertumbuhan di sektor jasa Cina. Indeks pembelian jasa Caixin justru jatuh pada 50,3 pada Juni lalu atau lebih rendah dari 55,1 Mei.
Untuk USD/TRY mengalami kenaikan yang tipis, hanya 0,06% pada 8,6845 menjelang rilis data inflasi terbaru Turki. Angkanya diharapkan bisa menunjukkan inflasi naik sekitar 16,8% tahunan dari 16,6% dari sebelumnya.
Dengan situasi Dollar AS melemah, hasil seperti itu bisa membatasi kemungkinan penurunan suku bunga pada pertemuan bank sentral berikutnya. Artinya dollar kembali bisa menguat tergantung pada suku bunga acuan yang diberikan.