Harga lithium naik selain itu jenis logam lain yang dibutuhkan untuk membuat baterai EV ini dan mengalami kenaikan adalah kobalt dan nikel. Ketiga logam ini menyumbangkan hampir 40% harga mobil listrik saat ini.
Sumber terpercaya brokerindofx.com merilis bahwa sejak April 2022, logam langka lithium mengalami lonjakan permintaan sebesar lima kali lipat. Hal ini dikarenakan naiknya permintaan dari produsen mobil serta oleh perusahaan riset Inggris Argus Media.
Harga lithium naik juga tidak lepas dari konflik sua Negara Ukraina dan Rusia yang masih berlanjut. Konflik dua Negara ini cukup mengganggu rantai pasokan lithium. Kenaikan ini tentu mempengaruhi harga mobil listrik yang semakin tidak terjangkau.
Harga Lithium Naik Hingga Lima Kali Lipat
Harga lithium naik hingga lima kali lipat, kenaikan ini tidak lepas dari permintaan perusahaan mobil listrik dan konflik Ukraina-Rusia yang masih berlanjut. Produsen utama nikel yaitu Rusia yang menyerbu Ukraina mempercepat kenaikan logam mulia serta kekhawatiran pasokan.
Rusia dan Ukraina yang merupakan produsen logam serta minyak dunia membuat pasokan dan kekhawatiran semakin meningkat. Kedua Negara ini sudah lama berkonflik karena kepentingan Geopolitik sehingga mempengaruhi segala aspek perekonomian dunia.
Baca juga : Kabar emas berjangka terbaru termasuk harga dan data historinya
Saat ini harga lithium naik dalam yuan China sebesar 89.000 yuan atau sebesar Rp. 192,8 juta per ton menjadi 486.000 Yuan atau Rp. 1,05 miliar per ton. Selain itu juga meningkatkan harga kobalt sebesar 1,8 kali dan nikel sebanyak 1,5 kali.
Di Negara paman sam, Tesla menaikkan seluruh produknya pada awal tahun akibat beban biaya bahan baku. Para produsen mobil mempercepat langkah menuju elektrifikasi sebagai respon atas upaya global untuk mengurangi emas karbon.
Banyak produsen mobil atau kendaraan listrik yang menaikkan harga produknya, sehingga membuat konsumen semakin sulit untuk menjangkaunya. Kenaikan kendaraan listrik juga cukup menghambat peralihan penggunaan bahan bakar fosil ke listrik.
EV dipilih karena tidak mengeluarkan karbon dioksida saat dikendarai sehingga sangat menarik bagi konsumen dan juga negara yang peduli dengan lingkungan hidup. Namun berakibat pada permintaan logam yang tinggi dan menyebabkan harga lithium naik drastis.