Pada perdagangan Kamis (30/12/21) pagi Dolar AS melemah dan emas mulai mengalami penurunan dan semakin tertekan akibat kenaikan hasil obligasi oleh pemerintah AS.
Meningkatnya hasil obligasi ini meningkatkan selera terhadap aset-aset berisiko. Akibat dari mata uang Amerika yang melemah ini membuat harga emas mengalamii penurunan lebih jauh lagi.
Emas jatuh pada 5,1 US Dolar atau sebesar 0,28 persen dan ditutup pada 1.805,80 USD per ounce. Sedangkan di pasar spot, emas diperdagangkan dengan harga 1.804,56 USD per ounce.
Emas berjangka sebenarnya sudah berangsur naik 2,1 USD atau sebesar 0,12 persen menjadi 1.810,90 USD, setelah sebelumnya sempat turun 0,16%. Pergerakan emas ini tidak jauh dari pengaruh varian virus baru Omicron yang melanda Amerika Serikat dan negara-negara lainnya.
Mengukur greenback, indeks mata uang Amerika Serikat terhadap mata uang lainnya turun sebesar 0,2 persen mendekati level paling renda selama beberapa minggu terakhir. Pergerakan ini membuat emas menjadi lebih murah terhadap mata uang lainnya.
Dolar AS Melemah, Investor Tetap Pantau
Pada kamis (30/12/21) dini hari WIB, dolar AS mulai melemah dan bergerak terus turun, ini membuat investor lebih waspada dan mengamati bagaimana perkembangan perdagangan menjelang tahun baru. Indeks dolar AS terhadap mata uang lainnya turun di 0,01% pada 96,190.
Ini juga membuat beberapa mata uang turun, diantaranya euro turun tipis sebesar 0,14% menjadi 1,1307 US Dolar. Pound juga turun ke 96,165, penurunan ini menjadi level terendah selama beberapa hari terakhir.
Pasangan USD/JPY naik tipis 0,02% ke 114,84, sedangkan rupiah juga melemah di 0,33% menjadi 14,271,5 per US Dolar. Pasangan AUD/USD naik 0,03% ke 0,7226, NZD/USD turun 0,14% menjadi 0,6801, dan pasangan USD/CNY naik 0,05% menjadi 6,3718.
Sedangkan pasangan GBP/USD turun di 0,30 persen menjadi 1,3430. Anda dapat melihat perkembangan ini dari broker exness. Pergerakan dolar di akhir tahun membuat investor dan para trader khawatir serta tetap memantau perkembangannya melalui broker forex spread rendah.
Perubahan ini tidak lepas dari pengaruh varian virus baru Omicron yang membuat sejumlah investor khawatir serta membuat pasar obligasi menguat. Sedangkan saham-saham di Asia juga mengalami penurunan, sama seperti Dolar AS melemah di akhir tahun.