Mata Uang Asia Naik, Ketegangan Timur Tengah Menghambat

Sebagian mata uang Asia naik setelah pertumbuhan ekonomi China menjadi lebih baik dari perkiraan. Walaupun memang terdapat kekhawatiran akan eskalasi perang antara Israel dan Hamas yang membatasi penguatan besarnya.

Mata Uang Asia Naik

Setelah retail sales lebih kuat pada bulan September, kekhawatiran akan kenaikan suku bunga AS dalam waktu lama tetaplah ada. Salah satu kekhawatiran terbesarnya adalah bahwa pasar bisa menyebabkan inflasi menjadi lebih tinggi.

Akan tetapi, mata uang terkait perdagangan, apalagi China mengalami peningkatan pasca PDB kuartal ketiga dengan tumbuh lebih baik dari perkiraan. Selain itu, Mata uang Asia naik sebesar 0,2% mulai dari Dolar Australia, Won Korea Selatan, dan Dolar Taiwan.

Sedangkan pada fbs forex Yen tetap pada sekitaran 149 per USD dengan fokus terhadap potensi untuk tembus pada level 150. Jika sampai level 150 berhasil tembus maka diperkirakan hal tersebut mampu menarik intervensi pasar mata uang oleh pemerintah.

Mata Uang Asia Naik Begitupun Yuan, Tetapi Sentimen Tetap Lemah

Yuan China naik sebesar 0,1% dan Yuan luar negeri naik 0,2% setelah Produk Domestik Bruto kuartal ketiga tumbuh lebih baik dari perkiraan. Selain itu, pertumbuhan Produk Domestik Bruto sendiri memang semakin meningkat dari kuartal ke kuartal.

Peningkatan berkelanjutan tersebut mengindikasikan bahwa langkah-langkah stimulus dai Beijing telah berhasil. Namun, pertumbuhan ekonomi China yang mendasarinya beberapa masih berada di bawah level sebelum adanya virus Covid-19.

Sehingga para broker forex scalping harus memahami bahwasanya angka Produk Domestik Bruto kuartal ketiga tersebut hanya merupakan tanda adanya kemajuan. Bukan merupakan tanda bahwa keadaan sudah pulih atau bahkan lebih baik dari sebelumnya.

Oleh karena itu, optimisme akan PDB ini tetap beriringan dengan kekhawatiran atas situasi gagal membayar utang pada sektor properti China. Terlebih dari developer yang sedang mengalami kesulitan utang seperti Country Garden dengan tenggat waktu minggu ini.

Kekhawatiran di tengah kondisi di mana mata uang Asia naik akan perang dagang baru dengan Amerika Serikat juga turut mengurangi optimisme. Apalagi setelah gedung putih memberikan pengumuman terkait batas baru pada ekspor chip kecerdasan buatan ke China.

Tinggalkan sebuah Komentar