Nilai Rupiah turun pada perdagangan selanjutnya, prediksi ini tidak lepas dari posisi cadangan devisa Indonesia pada akhir Mei yang mencapai 135,6 miliar US Dolar. Jumlah ini menurun jika dibandingkan dengan posisinya di akhir bulan April, yaitu sebesar 135,7 miliar US Dolar.
Cadangan devisa ini diprediksi membuat nilai tukar rupiah akan melemah (USD/IDR). Kemungkinan Rupiah akan kembali ke level Rp. 15.000,-.
Selain itu, sentiment negative juga datang dari Bank Dunia yang semalam telah memangkas pertumbuhan global hampir sepertiga menjadi 2,9%.
Selain itu, sentiment negative dari Bank Dunia ini juga memperingatkan bahwa invasi Rusia ke Ukraina telah memperparah kerusakan yang ditimbulkan oleh Covid-19, sehingga banyak Negara menghadapi risiko resesi.
Dari beberapa permasalahan ini akan berdampak pada perekonomian Indonesia, ekonomi akan alami tekanan hingga tumbuh 3-4% dari ekspektasi sebelumnya mampu tumbuh diatas 5%.
Di sisi lain, mata uang dunia yaitu dolar AS semakin bergerak naik pada awal perdagangan Rabu (8/6/22) petang dengan sentiment risiko surut karena bank sentral global memperketat kebijakan moneter. Hal ini juga cukup mempengaruhi nilai rupiah turun.
Cadangan Devisa RI Membuat Nilai Rupiah Turun
Muncul prediksi nilai rupiah turun karena cadangan devisa pada bulan Mei 2022 menurun. Bank Indonesia menjelaskan perkembangan posisi cadangan devisa pada bulan Mei 2022 antara lain dipengaruhi oleh penerimaan devisa migas, pajak dan jasa, serta kebutuhan pembayaran utang luar negeri pemerintah.
Direktur Eksekutif Bank Indonesia Erwin Haryono menjelaskan posisi cadangan devisa tersebut setara dengan pembiayaan 6,8 bulan impor atau 6,6 bulan impor dan pembayaran hutang luar negeri pemerintah.
Baca juga : Dolar AS turun jelang data inflasi konsumen dan pertemuan ECB
Selain itu juga berada di atas standar kecukupan internasional sekitar 3 bulan impor. Erwin menegaskan “BI menilai cadangan devisa tersebut mampu mendukung ketahanan sektor eksternal serta menjaga stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan.”
Sedangkan Direktur CELIOS, Bhima Yudhistira menjelaskan perkembangan cadangan devisa ini perlu diwaspadai seksama. Menurutnya risiko resesi ekonomi di Amerika Serikat akan mempengaruhi cadangan devisa dan membuat nilai rupiah turun.
Pembayaran utang luar negeri dengan bunga yang masih tinggi dan pokok jatuh tempo juga masih berisiko bagi cadangan devisa Negara. Jika Downside Risk masih tinggi, maka otoritas moneter perlu lebih waspada terhadap prediksi nilai rupiah turun hingga Rp. 15.000,-.