Rubel Rusia Menguat! Ini Dampaknya untuk Ekonomi Dunia

Rubel Rusia menguat kembali belakangan ini. Walaupun baru dijatuhi sanksi atas invasinya ke Ukraina, ternyata sanksi tersebut belum mampu untuk mempengaruhi perekonomian di Rusia.

Rubel Rusia Menguat

Sebelumnya saat gencar melakukan agresinya ke Ukraina, nilai tukar Rubel mencapai titik terendah dalam sejarah. Nilai tukar 1 USD sama dengan 132 RUB. Kini setelah Rubel Rusia menguat, per 1 USD sama dengan 85 RUB.

Baca juga : Harga emas 0,5 gram makin turun, apa sebabnya?

Penyebab utamanya adalah ekspor energi dari Rusia ke negara lain tetap terjaga, bahkan meningkat, dan impor dari negara lain menyusut. Rusia dapat terus menjaga hal itu, kendati tengah mengalami konflik dengan Ukraina.

Dampak Rubel Rusia Menguat

Banyak dampak dirasakan langsung oleh pihak-pihak yang berkaitan dengan Rusia. Selain dalam hal ekonomi, dampak Rubel Rusia menguat juga berpengaruh kepada kondisi geopolitik dunia.

Ketika Presiden Vladimir Putin, menginstruksikan untuk negara-negara yang tidak bersahabat, menggunakan Rubel untuk transaksi pembayaran gas dari Rusia. Negara tidak bersahabat yang dimaksud Rusia utamanya adalah para pemberi sanksi.

Putin menegaskan bahwa semua barang yang diekspor dari Rusia, harus menggunakan Rubel untuk pembayarannya. Ini berdampak kepada kepanikan negara-negara untuk membuat rekening Rubel dan akhirnya Rubel Rusia menguat.

Belarusia, merupakan negara pertama yang menyetujui hal itu. Mulai tahun ini, Belarusia sudah menggunakan Rubel untuk transaksi gas dan minyak dengan Rusia. Hal tersebut disampaikan oleh Perdana Menteri Golovchenko.

Belarusia memutuskan hal itu untuk meringankan beban pembayaran, juga untuk mengurangi dominasi Dolar Amerika dalam transaksi antar negara. Menurut Golovchenko, Dolar sudah terlalu mendominasi, perlu akan adanya perubahan kebijakan.

Rubel Menguat, Eropa Meradang

Banyak negara di Eropa yang tidak setuju dengan kebijakan yang baru dibuat oleh Rusia ini. Di antaranya adalah Inggris dan Perancis. Kedua negara tersebut merupakan pembeli gas pasokan dari Rusia.

Menurut Habeck, Menteri Ekonomi Jerman, Rusia telah menyalahi kontrak yang berlaku. Dalam kontrak yang juga diteken oleh Rusia, transaksi gas pembayarannya menggunakan Euro, jadi pembayaran tetaplah harus menggunakan Euro.

Walaupun demikian, Putin tetap tidak gentar untuk menjalankan kebijakannya, terhitung mulai tanggal 1 April kemarin, kebijakan baru ini sudah berjalan.

Pengiriman gas akan dilakukan kepada negara-negara yang setuju terhadap kebijakan ini dan membuat rekening Rubel di Rusia.

Dampak dari ketegasan Putin akan kebijakan baru inilah yang menjadi penyebab utama Rubel Rusia menguat, walaupun banyak negara yang memberi banyak batasan bahkan sanksi kepada Rusia.

 

Tinggalkan sebuah Komentar