Tren Dedolarisasi di Indonesia Setelah Ketegangan Geopolitik

Ketegangan geopolitik antara Amerika Serikat (AS) dan China telah memberikan dampak dan pengaruh pada tren dedolarisasi di Indonesia. Untuk saat ini, sudah dapat terlihat kalau pangsa dolar AS telah turun, dan arus pendanaan kini semakin mendapat perhatian.

Tren Dedolarisasi di Indonesia Setelah Ketegangan Geopolitik

Dalam laporan terbaru dari Moody’s Investor Service, dijelaskan kalau risiko geopolitik antara AS dan China mencerminkan adanya batasan regional dalam perdagangan, keuangan, dan juga teknologi. Implikasi kredit juga secara keseluruhan mengalami perubahan.

Dalam laporan data dari exness wiki, diungkapkan adanya perpindahan dari penggunaan dolar. Ini jelas akan merangsang pertumbuhan pasar obligasi mata uang lokal, seperti Rupiah, dan juga akan berpengaruh pada nilai tukar.

“Namun jika permintaan terhadap dolar lebih besar terhadap likuiditas yang langka, maka besar kemungkinan biaya pembuayaan lintar wilayah akan naik dan menekan sektor swasta,” tulis di laporan Moody’s Investor Service.

Tanda-Tanda Dedolarisasi di Indonesia Muncul Saat Penurunan Greenback

Secara umum, ekonomi di area Asia Pasifik telah menunjukkan kurangnya ketergantungan di pendanaan utang terhadap dolar. Ini juga bergantung pada pengenaan tagihan perdagangan dan pengelolaan cadangan. Sementara itu, emiten pasar perbatasan terkena dampaknya.

Dalam keterangan dari Moody’s, ketegangan geopolitik dan sanksi lintar negara adalah yang paling berdampak pada dedolarisasi di Indonesia. Lembaga keuangan kemudian akan segera melakukan perubahan strategi, terutama pada sektor sensitif yang jadi pusat geopolitik.

Dalam penerbitan obligasi mata uang regional, bank-bank dan sebagian besar broker forex terpercaya jadi yang paling efektif untuk menjadi penggerak utama pembiayaan proyek jangka panjang. Dan muncul inisiatif untuk mencerminkan kepentingan ekonomi negara-negara berkembang.

Pasar FX dan bank sentral di Asia Pasifik, termasuk juga dengan Indonesia, masih melihat area greenback perdagangan. Mata uang ini masih dianggap “top of class” di transaksi global. Akan tetapi, dalam tren pergerakannya belakangan ini, interest terhadap dolar mulai menurun.

Usaha China dalam mendorong penggunaan Yuan menyebabkan daya tarik terhadap dolar AS ikut menurun. Pergerakan pasar di Asia Pasifik dan negara-negara berkembang lain mulai siap beralih dari dolar. Tren dedolarisasi di Indonesia juga telah memasuki fase yang baru.

 

Tinggalkan sebuah Komentar