Biang Keladi Melemahnya Rupiah Hingga Tebus di Angka 15.600 per USD

Biang keladi melemahnya rupiah menjadi abhan perbincangan pada jam perdagangan forex atau valuta asing pada minggu ini. Bahkan pada hari Selasa 3 Oktober 2023 direktur PT Laba Forexindo Berjangka yaitu Ibrahim Assuaibi menyatakan terdapat beberapa penyebab melemahnya rupiah.

Biang Keladi Melemahnya Rupiah

Salah satu dampak utama mengapa mata uang Indonesia ini mengalami perlemahan adalah setelah munculnya data ekonomi Amerika Serikat yang telah diterbitkan pada minggu lalu. Bahkan bukan hanya Rupiah atau IDR saja yang terkena dampaknya, melainkan mata uang lainnya juga terkena dampak.

Salah satu alasan mengapa banyak mata uang seluruh dunia terkena imbas dari kebijakan data ekonomi amerika serikat karena Federal Reverse selaku bank sentral AS tetap teguh untuk memberikan suku bunga tinggi. hal tersebut sangat berpengaruh terhadap semua faktor perdagangan dalam brokerindofx.com.

Rilisnya Data PMI Biang Keladi Melemahnya Rupiah

Ibrahim Assuabi menyatakan bahwa rilisnya data PMI atau Purchasing Managers’ Index pada Senin 2 Oktober 2023 yang berasal dari Institute for Supply Management atau ISM merupakan salah satu biang keladinya. Karena data tersebut menunjukkan pemulihan kenaikan indeks USD.

Adanya data tersebut menyebabkan beberapa manufaktur dari Amerika Serikat mampu untuk mengambil langkah lebih jauh lagi. Langkah tersebut merupakan jalan menuju pemulihan yang terjadi pada September 2023 karena produksinya terus meningkat dan berimbas pada lapangan kerja.

Federal Reverse sendiri diperkirakan akan tetap tegas dalam mempertahankan suku bunga bank miliknya dalam jangka waktu lebih lama. Hal tersebut merupakan salah satu biang keladi melemahnya rupiah sehingga berimbas pada nilai tukarnya menjadi 15.600 untuk setiap USDnya.

Melonjaknya Imbal Hasil Treasury AS

Adapun dampak dari aturan federal reverse terhadap suku bunga miliknya menyebabkan imbal hasil treasury amerika serikat terus mengalami penguatan. Menurut pengamat pangsa pasar yaitu Ariston Tjendra sendiri menyatakan pengaruh suku bunga ini akan terus berlanjut hingga akhir tahun.

Adanya rilis data yang optimis tersebut menyebabkan meningkatnya imbal hasil dari treasury Amerika Serikat namun berimbas pada mata uang lainnya khususnya asia. Hal tersebut juga merupakan salah satu biang keladi melemahnya rupiah sehingga melemahkan nilai tukarnya.

Ekspektasi exness suku bunga tersebut juga didukung adanya data dari ekonomi Amerika Serikat terutama pada bagian inflasinya. Karena data inflasi belum menurun ke arah target yaitu sebesar 2 persen.

Imbas dari beberapa kebijakan tersebut mempengaruhi kurs dari Jakarta Interbank Spot Dollar Rate dan menjadi biang keladi melemahnya rupiah dari 15.519 menjadi 15.600 per USD.

 

 

Tinggalkan sebuah Komentar